Doa Sebelum Makan
بسم الله الرّحمن الرّحيم
الَّلهُمَّ بَارِكْ
لَنَا فِيمَا رَزَقْتَـنَا، وَقِنَا عَذَابَ الـنَّارِ
“Bismillaahi
rahmaani rahiim.
"Allahumma
baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"
Artinya
: “Dengan
nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ya
Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.”
Do'a Sesudah Makan :
الْحَمْـدُ للهِ الَّذي
أَطْعَمَنـي وَسَقَانَا وَجَعَلْنَا مُسْلِمِينَ
"Alhamdu
lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa muslimiin"
Artinya
: Segala
puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan kami memeluk
agama Islam
Berdasarkan
hadis riwayat Ibn al-Suni dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash ra diterangkan bahwa
apabila beliau dihidangkan suatu makanan, beliau membaca doa:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا وَقِنَا
عَذَابَ النَّار
(Ya
Allah berkahilah rizki yang telah Engaku berikan kepada kami dan jauhkanlah kami
dari siksa neraka)
Berdasarkan
penelitian, riwayat terebut dinilai da’if (lemah) karena dalam sanadnya
terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Abi al-Zu’aizi’ah (محمد بن أبي الزعيزعة
). Menurut al-Bukhari dan Abu Hatim al-Razi, orang ini banyak menriwayatkan
hadis-hadis mungkar (hadis-hadis da’if)[1].
Berdasarkan
hadis riwayat al-Bukhari No. 4957 diterangkan bahwa bacaan doa sebelum makan
yang sah dari Nabi Saw adalah sebagai berikut:
عَنْ عُمَرَ بْنَ أَبِي سَلَمَةَ يَقُولُ كُنْتُ
غُلَامًا فِي حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ
يَدِي تَطِيشُ فِي الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا غُلَامُ سَمِّ اللَّهَ وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ فَمَا
زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِي بَعْدُ
Umar
bin Abu Salamah berkata; Waktu aku masih kecil dan berada di bawah asuhan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tanganku bersileweran di nampan saat
makan. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai
Ghulam, bacalah Bismilllah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan
yang ada di hadapanmu." Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR.
Al-Bukhari No. 4957)
Hadis
tersebut menjelaskan bahwa kalau mau makan hendaknya membaca basmalah, dengan
menggunakan tangan kanan dan mengambil makanan dari hidangan makanan yang
terdekat.
Tentang
bacaan basmalah, bisa cukup dengan ucapan “bismillah” (بسم الله) atau boleh
juga dilengkapi dengan bacaan “bismillahirrahmanirrahim” (بسم الله الرحمن الرحيم).[2]
Doa
sesudah makan:
Dalam
hadis riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Said al-Khudri
diterangkan bahwasanya Rasulullah Saw apabila selesai makan beliau membaca:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا
وَجَعَلَنَا مُسْلِمِين
(Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan makan dan minum kepada kami dan
menjadikan kami sbagai kaum muslimin)
Riwayat
dalam hadis tersebut dinilai da’if (lemah) karena sanadnya lemah dan terdapat
perawi yang tidak disebutkan namanya (majhul).[3]
Berdasarkan
hadis sahih riwayat al-Bukhari, doa sesudah makan yang sah dari Nabi Saw adalah
sebagai berikut:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا فَرَغَ مِنْ طَعَامِهِ وَقَالَ مَرَّةً إِذَا
رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي كَفَانَا وَأَرْوَانَا غَيْرَ
مَكْفِيٍّ وَلاَ مَكْفُورٍ وَقَالَ مَرَّةً الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّنَا غَيْرَ مَكْفِيٍّ
وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنًى رَبَّنَا
Dari
Abu Umamah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam jika selesai dari makan,
sekali waktu dengan lafadz, 'jika mengangkat lambungnya, beliau mengucapkan:
"ALHAMDULILLAHILADZII KAFAANAA WA ARWAANAA GHAIRA MAKFIYIN WA LAA
MAKFUURIN (Segala puji hanya milik Allah yang telah memberi kecukupan kami dan
menghilangkan rasa haus, bukan nikmat yang tidak dianggap atau dikufuri) ',
dilain waktu dengan lafadz, 'ALHAMDULILLAHI RABBINAA GHAIRA MAKFIYIN WA LAA
MUWADDA'IN WA LAA MUSTAGHNAN RABBANAA (Segala puji hanya milik Allah Rabb kami,
bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh tuhan) '." (HR.
Al-Bukhari No. 5038)
Doa
buka puasa:
Dalam
hadis riwayat Abu Dawud, al-Nasa-i, al-Hakim dan lain-lain menerangkan bahwa
Ibnu ‘Umar ra berkata: Rasulullah Saw apabila (selesai) berbuka puasa, beliau
membaca doa: “Dzahabadh-dhama’u wabtallatil ‘uruuqu watsabatal ajru insyaa
Allah”
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ
اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَ الله
Artinya:
Telah
hilang rasa haus, Urat-urat telah basah, Dan pahala telah ditetapkan, Insya
Allah.[4]
Menurut
Syekh M.Nashiruddin al-Albani, hadis tersebut hasan/ bagus kualitasnya.
Mengenai
redaksi doa buka puasa selain redaksi tersebut di atas, menurut ahli hadis
kualitasnya da’if (lemah) bahkan ada yang maudu’ (palsu).
Beberapa
redaksi doa buka puasa yang dinilai da’if / lemah oleh ahli hadis antara lain:
بِسْمِ الله،اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ
أَفْطَرْتُ
Redaksi
doa tersebut diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam al-Ausath. Riwayat tersebut
dinilai da’if karena terdapat perawi yang dikenal da’if yang bernama Dawud bin
al-Zabarqan.[5]
اللَّهُمَّ لَك صُمْنَا وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْنَا
فَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Redaksi
doa tersebut diriwayatkan oleh al-Daruquthni dalan Sunan-nya. Riwayat tersebut
dinilai da’if karena terdapat perawai yang dikenal da’if yang bernama Malik bin
Harun.[6]
اللَّهُمَّ لَك صُمْت وَبِك آمَنْت وَعَلَيْك تَوَكَّلْت
وَعَلَى رِزْقِك أَفْطَرْت
Redaksi
doa tersebut tidak jelas sumbernya dari mana (la ashla lahu), karena itu
riwayat tersebut dinilai maudu’ atau palsu.[7]
=========================================================
[1]
Abu Hatim al-Razi, ‘Ilal al-Hadis Li Ibn Abi Hatim, Vol. I/1552. Baca juga Ibn
Hajar al-‘Asqalani, Lisan al-Mizan, Vol.II (Bairut: Muassasah al-A’lami, 1986),
385. Baca juga Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Silsilah al-Da’ifah, Vol. IV/
265.
[2]
Abdullah al-Faqih, Fatawa al-Syabakah al-Islamiyah al-Muaddalah, Vol. II/4069.
[3]
Muhammad Nashiruddin al-Albani, Shahih Wa Da’if Sunan Abi Dawud, Vol.VIII/350.
[4]
HR. Abu Dawud, al-Nasa-i, al-Hakim dari Ibnu ‘Umar ra
[5]Muhammd
Nashiruddin al-Albani, Irwa al-Ghalil, IV/37
[6]
Muhammd Nashiruddin al-Albani, Irwa al-Ghalil, IV/36
[7]
Al-Mala ‘Ali al-Qari, Mirqat al-Mafatih Syarh Misykat al-Mashabih, VI/ 304
Post a Comment