Daulah Bani Umayyah
A.
Sejarah
ringkas lahirnya daulah Bani Umayyah
Ketika
Ali bin Abi Tholib dari Bani Hasyim Muawiyyah menolak mengakui kehalifahan Ali,
dan ketika Ali tidak meghukum para pembunuh Utsman Muawiyah menyatakan diri
sebagai penuntut balas darah Utsman dan sekaligus sebagai pewaris jabatannya,
maka terjadilah persaingan antara Bani Umayyah dan Bani Hasyim, konfrontasi
kontak senjata antar keduanya itu terjadi di Siffin diperbatasan antara
Suriah dan Iraq. Ketika kemenangan hampir berada dipihak Ali Amr bin As tangan
kanan Muawiyah untuk bernegoisasi dengan mengangkat al-Qur’an untuk berdamai,
perdamain dilakukan dengan cara Tahkim, Amr bin As diangkat sebagai
perantara dari fihak Muawiyah dan Abu Musa al-Asyari dari fihak Ali. Mereka
bermufakat untuk menurunkan kepemimpinan mereka masaing-masing, akan tetetapi
keputusan dari fihak muawiyah ternyata merugikan fihak Ali sehingga Ali
menolaknya. Namun Ali sangat sibuk menenteramkan bagian-bagian wilayah yang
mengakuinya sehingga tidak sempat memerangi Muawiyah. Sementara itu Muawiyah
berhasil mengusir gubernur yang diangkat Ali dari Mesir yang kemudian mengirim
pasukan untuk menyerbu Irak. Sebelum Ali bertindak untuk menghukum
pembangkangan Muawiyah terhadap kepemimpinanya, salah satu lawan politiknya
berhasi membunuh Ali dalam suatu tindakan menuntut balas
Dengan meninggalnya
khalifah Ali Bin Abi Thalib dari Khulafaur Rasyidin, maka bentuk pemerintahan
Islam yang dirintis Nabi Muhammad SAW berubah dari system demokrasi menjadi
monarkhi (kerajaan) yaitu Daulah Bani Umayyah. Daulah Bani Umayyah didirikan
oleh Muawiyah Bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah.
Memang
ada usaha dari putra ali hasan bin ali bin abi thalib untuk menggantikan
ayahnya karena tidak rela melihat umat Islam saling membunuh untuk merebutkan
kekuasaan, tiga bulan setelah dibaiat Hasan menyerahkan kekuasaan kepada
Muawiyah dengan berapa syarat.
Muawiyah
(memerintah 661-680) adalah orang yang bertangungjawab atas sistem suksesi
kepemimpinan dari yang bersifat demokratis dengan cara pemilihan dengan cara
pemilihan kepada yang bersifat keturunan. Hal demikian ditentang oleh Husein
bin Ali dan Abdullah bin Zubair yang kemudian meninggalkan madinah,
pertentangan ini melahirkan perang saudara kedua. Dengan kemenangan Bani
Umayyah.
B.
Tokoh-tokoh
Daulah Bani Umayyah
Suksesi
kepemimpinan secara tutun temurun dimulai ketika Muawiyah mewajibkan seluruh
rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya Yazid. Muawiyah
bermaksud mencontoh monarkhi di Persia dan Byzantium.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus.
Kekuasaan Bani Umayyah berumur kurang lebih 90 tahun. Ibu kota dipindahkan Muawiyah dari Madinah ke Damaskus.
Kehalifahan
Bani Umayyah berhasil mengukuhkan kehalifahan di Damaskus dengan khalifah :
Muawiyah I bin abu sofyan (661-680), Yazid I (680-683), Muawiyah II (683-684),
marwan I bin al-Hakam (684-685), Abdul Malik (685-705), al-Walid II (705-715),
Sulaiman (715-717), Umar Bin Abdul Aziz (717-720), Yazid II (720-724), Ibrahim
(744) dan marwan II (744-750).
Pemindahan pusat
pemerintahan didamaskus yang mulanya di madinah menandakan dimulainya era baru.
Dari pusat inilah bani umayah mulai menyempurnakan penyempurnaan wilayahnya
dengan penaklukan seluruh imperium persia dan sebagian imperium bizantium
C. Kekuasaan dan Kebijakan Politik Ekonomi
C. Kekuasaan dan Kebijakan Politik Ekonomi
Kebijakan
politik muawiyah, selain upaya mengamana-pengamanan didalam negeri dari saingan
politiknya serta pertentangan dari suku-suku arab adalah upaya-upaya perluasan
kekuasaan/ekspansi.
Ketika
awal muawiyah mengasai kehalifahan Islam telah tersebar dimesir, libia suriah,
irak dan persia, menyebrang ke Armenia sampai kesekitar Afganistan, Ekspansi
yang terhenti pada masa Khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
dilanjutkan kembali oleh Daulah Umayyah. Di zaman Muawiyah, Tunisia dapat
ditaklukan. Di sebelah timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai
ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul, angkatan lautnya melakukan
serangan-serangan ke ibu kota Byzantium, Konstatinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan oleh Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Dia
mengirim tentaranya menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menaklukan
Balkan, Bukhara, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan
dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Adapun
ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Walid bin Abdul
Malik (705-715 M). Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh
tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah
barat daya, Benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko
dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan Islam, dengan pasukannya
menyeberangi selat yang memisahkan Maroko dengan Benua Eropa, dan mendarat di
suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq). Tentara
Spanyol dapat dikalahkan. Ibukota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat
dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan
Toledo yang dijadikan ibukota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.
Pada zaman Khalifah
Umar bin Abdul Aziz (717-720 M), futûhât dilakukan hingga ke Prancis
melalui Pegunungan Piranee. Futûhât ini dipimpin oleh Aburrahman bin
Abdullah al-Ghafiqi. Ia memulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana
ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar Kota
Tours, al-Ghafiqi syahid, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping
daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga
jatuh ke tangan Khilafah pada zaman Bani Umayyah ini.
Dengan
keberhasilan ekspansi di atas, wilayah kekuasaan Khilafah masa Bani Umayyah ini
betul-betul sangat luas; meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina,
Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang
sekarang disebut Pakistan, Turkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah.
Dari
persatuan berbagai bangsa dibawah naungan Islam lahirlah benih-benih kebudayaan
dan peradaban islam yang baru, meskipun demikian Bani Umayyah lebih banyak
memusatkan perhatian kepada kebudayaan Arab. Kekuasaan dan kejayaan bani
Umayyah mencapai puncaknya di zaman al-Walid sesudah itu kekuasaannya menurun.
D.
Perkembangan Peradaban dan Kebudayaan
1. Kemajuan dalam bidang ilmu hadits
Perkembangan hadits
semakin pesat pada masa tabi’in dengan berkembangnya gerakan rihlah ilmiah,
yaitu pengembaran ilmiyah yang dilakukan para muhaditsin dari satu kota kekota
lain, mereka melakukan hal demikian untuk mendapatkan suatu hadits dari sahabat
yang masih hidup dan tersebar diberbagai kota. Hal ini dilakukan untuk
membuktikan keaslian suatu hadits. Usaha yang mereka lakukan ini menimbulkan
suatu kajian hadits yang kemudian berkembang menjadi Ulumul Hadits.
Pada masa khlaifah umar
bin Abdul Aziz mulailah dilakkukan upaya pembukuan hadits-hadits yang tersebar
diberbagai tempat. Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pada para
gubernurnya dan para ulama terkemuka untuk mengumpulkan dan membukukan hadits
untuk disebarkan pada masyarakat Islam.
Khalifah Umar bin Abdul
Aziz memberikan kepercayaan kepada gubernur madinah Ibn Hazm untuk menghimpun
dan membukukan hadits-hadits yang ada padanya dan yang ada pada sahabat lainnya
di kota madinah. Usaha pengumpulan hadits
terus dilalkukan sampai akhir kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz
(120 H). Diantra para ulama yang berjuang mengumpulkan dan membukukan hadits
adalah Ibnu Juraij (di Makkah), Muhammad bin Ishak (di Madinah), Said bin Urwah
(di basarah), sufyan as-Sauri (di kufah) dan Awza’il (di Syiria). Ulama
hadis dan karyanya pada masa Daulah Umayyah adalah :
1.
Imam Bukhari
karyanya adalah Shahih Bukhari
2.
Imam Muslim
karyanya adalah Shahih Muslim
3.
Imam Nasa’i
karyanya adalah Sunan An-Nasa’i
4.
Imam Abu Daud
karyanya adalah Sunan Abi Daud
5.
Imam Turmudzi
karyanya adalah Sunan Turmuzi
6.
Imam Ibnu Majah
karyanya adalah Sunan Ibnuu Majah
2. Kemajuan dalam bidang ilmu tafsir
Tafsir dianggap sebagai
bagian dari hadits atau dianggap sebagai bagian dari cabang-cabang hadits
ketika hadits pada masa awal Islam menjadi perhatian. Sehingga pada masa itu
hadits dianggap sebagai tafsir dari ayat-ayat al-Quran, tidak tersusun
berdasarkan tertib surat dan ayat.
Diantara ahli tafsir
terkenal adalah Abdullah Bin Abbas dan Ibnu Juraij yangtelah menghimpun apa
yang telah diterima sehingga tafsirnya merupakan tafsir yang sangat detail.
Muqatil bin Sulaiman dimana tafsirnya banyak yang bersumber dari Taurat,
sehingga Imam ibnu Hanifah menudingnya sebagi pendusta.
3.
Kemajuan dalam bidang ilmu fiqih
Pada perkembangannya
fiqih dizaman pemerintahan Bani Umayyah merupakan ilmu prektis yang digali dari
dalil yang sudah terperinci, para ahli diantanya: ibnu juraih (makkah) malik
bin annas (madinah), yang menulis kitab al-Muattha Hammad bin salmah, Sufyan
as-Sauri (kufah) ibnu ishaq, setelah itu muncul pula penulis hasyim lais serta
ibnu luhai’ah dll. Pada masa ini dapat dikatakan bahwa pemikiran ilmu fiqih
yang terjadi hanya merupakan pemikiran-pemikiran para ilmu fiqh yang belum mapan
dan belum dibukukan.
4.
Kamjuan dalam bidang ilmu tasawuf
Para ahli sejarah
tasawuf menilai bahwa munculnya gerakan tasawuf pada masa Daulah Bani
Umayyahtidak terlepas dari kondisi kehidupan masyarakat, terutama dikalangan
istana Bani Umayyah, yang oleh sebagian mereka me-nyimpang jauh dari kehidupan
yang diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabat yang selalu hidup sederhana.
Ada juga yang memandang Bani Umayyah sebagai penguasa yang lalim, sehingga
mereka (para sufi) tidak mau melakukan sumpah setia (bai’at) kepada Abdul Malik
bin marwan ketika naik tahta kerajaan.
1. Arsitektur
Seni bangunan
(arsitektur) pada masa umayyah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota
dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Beberapa kota baru atau perbaikan kota
lama dibangun dalam zaman umayyah yang diiring dengan pembangunan berbagai
gedung dengan gaya padua Persia, romawi dan arab yang dijiwai semangat Islam.
Pada masa walid
dibangun masjid agung yang terkenal dengan nama masjid Damaskus atas kereasi Abu
Ubaidillah Ibn Jarrah. Ini berukuran 300x200 m2 dan memiliki 68
pilar dilengkapi dinding-dinding berukir yang indah[1].
Salah saatu kota baru
yang dibangun pada zaman ini adalah kota Kairawan yang didirikan oleh uqbah bin
naïf ketika beliau menjadi gubernur. Sabagai mana kota-kota lain Kairawan dibangun
dengan gaya arsitektur islam dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman
rekreasi, pangkalan militer dan sebagainya, kemudian kota ini menjadi kota
internasional karena didalam nya terdapat bangsa arab, Barbar, Persia, Romawi, Qibti
dll.
2.
Perdagangan
Setelah daulah Bani
Ummaiyah menguasai wilayah yang cukup luas lalu lintas perdagangan mendapat
jaminan yang layak. Jalur darat melalui jalur sutra ke tingkok guna
memperlancar perdagangan sutera, keramik, ubat-obatan dan wewangian.
Adapun lalu-lintas
dilautan kearah negeri-negeri kearah timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu,
ambary, kasturi, permata, logam mulia, gading dan bulu-buluan. Dari kedua kota
pelabuhan itu iring-iring kafilah dagang hamper tidak putus menuju syam dan
mesir. Kemudian dari syam dan mesir kapal-kapal dagang dibawah lindungan armada
islam mengankatnya lagi ke kota-kota dagang di laut tengah.
3.
Militer
Pada masa umayah
organisasi milliter terdiri dari angkatan laut, darat dan angkatan kepolisian.
Berbeda dengan usman bala tentara pada masa ini tidak muncul atas dasar
kesadaran untuk berjuang tetapi semacam dipaksakan. Pada masa abd al malik ibn
marwan diberlakukan undang-undang wajib militer, pada waktu itu aktifitas bala
tentara diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.
4.
Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul
Malik mulai dirintis pembuatan tiras, yakni cap resmi yang dipakai pada pakaian
khalifah dan para pembesar pemerintah. Format tiraz yang mula-mula terjemah
dari rumus-rumus Kristen kemudian oleh Abdul Aziz (gubernur mesir) dibanti
dengan rumus islam “lailaha illahah”. Guna memperlancar produktifitas
maka khalifah mendirikan pabrik-pabrik kain.
Dibidang seni lukis
semenjak khalifah muawiyah sudah mendapat perhatian, senilukis tersebut selain
terdapat di bangunan masjid-masjid juga tumbuh diluar masjid.
Daulah
bani Umayyah mengalami masa kemunduran ditandai dengan melemahnya sistem
politik karena banyaknya persoaalan-persoaalan yang dihadapi penguasa.
Diantaranya adalah masalah politik, ekonomi dan sebagainya.
Setelah
Hisyam bin Abdul Malik para khalifah bani Umayyah tidak lagi bisa diandalkan
untuk mengendalikan pemerintahan dan keamanan dengan baik, selain itu tidak
dapat mengatasi pemberontakan-pemberontakan dari dalam negeri. Bahkan tidak
mampu lagi mempertahankan keutuhan dan persatuan dikalangan keluarga bani
Umayyah, sehingga sering terjadi pertikayan didalam rumah tangga istana. Salah
satu penyebabnya adalah perebutan kekuasaan siapa yang akan menggantikan
khalifah dan seterusnya.
Gerakan
oposisi yang pertama-tama dinamakan dinamakan hasyimiah dan kemudian Abbasiah
secara berturut dipimpin Muhammad bin ali kemudian kedua putranya, ibrahim dan
abu abbas, gerakn ini mendapat dukungan dari orang-orang khurasan yang
merupakan basis dari partai Ali. Dibawah pemimpin panglimanya yang tangkas abu
muslim al kurasani gerakan ini dapat menguasai wilayah demi wilayah kekuasaan
bani Umayyah
Khalifah
terakhir Bani Umayyah dapat dikalahkan pada pertempuran Zeb Hulu, sebuah anak
sunagi tigris, sementara pasukan Abassiyah membunuh semua anggota keluarga bani
umayyah yang berhasil merek atawan, ketika mereka mencapai mesir dari kesatuan
pendukung Abbasiyah berhasil menemukan dan membunuh marwan II. Maka berakhirlah
kekuasaan bani Umayyah
F.
Sebab-sebab kemunduran Daulah Umayyah
- Khalifah memiliki kekuasaan yang absolut, tidak mengenal kompromi.
- Gaya hidup mewah para khalifah, kebiasaan perta dan berfoya-foya dikalangan istana yang menyebabkan rendahnya moralitas.
- Tidak adanya ketentuan yang tegas mengenai sistem pengangkatan Khalid, yang menyebabkan perebutan kekuasaan diantara para calon Khalifah.
- Pada masa abad ke-3 dan ke-4 H, usaha pembukuan hadist mengalami kemajuan dan kejayaan, karena umumnya buku-buku tersebut menjadi bahan rujukan hadits bagi yang ingin dan belajar ilmu hadits.
- Banyaknya gerakan-gerakan pemberontakan selama masa pertengahan sapai dengan akir pemerintahan Bani Umayyah.
- Pertentangan antara arab utara dan arab selatan semakin meruncing, sehingga pemerintahan Bani Umayyah kesulitan mempertahankan keutuhan negaranya.
- Banyaknya tokoh agama yang kecewa dengan kebijakan para penguasa Bani Umayyah, karena tidak didasari oleh syariat Islam.
G.
Keruntuhan Daulah Bani Umayyah
Keruntuhan
Bani Umayyah ditandai dengan kekalahan Marwan Bin Muhammad dalam pertempuran Zeb
Hulu melawan pasukan Abu Muslim al-Kurasani pada tahun 748 M. pada
peristiwa itu terjadi pembersihan etnis terhadap anggota keluarga Bani Umayyah.
Sebab-sebab keruntuhannya sebagai berikut :
1. Terjadinya
persaingan kekuasaan didalam anggota keluarga kerajaan
2. Tidak
ada pemimpin politik dan militer yang handal yang mampu mengendalikan
kekuasaan dan menjaga keutuhan negara
3. Munculnya
berbagai gerakan perlawanan yang menentang kekuasaan Bani Umayyah, antara
lain gerakan kelompok Syi’ahSerangan pasukan Abu Mulim al-Khurasani dan
pasukan Abdul Abbas kepusat- pusat pemerintahan dan mengahancurkannya.
Post a Comment